Berdasarkan asal-usul kata, wayang dapat diartikan sebagai bayangan. Lebih dari itu apabila kita berbicara mengenai wayang maka paling tidak secara aspektual terdiri atas empat hal, yaitu wayang sebagai :
- Pertunjukan / performance, penampilan, pemanggungan
- Boneka atau sejenisnya, yang terbuat dari bahan kayu, kulit (kerbau) dan lain-lain,
- Sastra dalam wujud lakon /cerita
- Penari-penari diaatas panggung.
Pengertian yang pertama berorientasi pada bagaimana seluruh aspek seni dipentaskan dalam seni pertunjukan wayang, seperti : seni sastranya, seni musiknya, seni rupanya, seni dramanya dan seni tarinya, pengertian yang ke dua berorientasi pada tokoh (yang hidup maupun yang mati), artis-artis atau aktor yang digerakkan oleh seniman/dalang, dalam bentuk boneka atau sejenisnya, pengertian ketiga, cenderung terfokus pada bahan lakon, cerita atau sastranya (sastra wayang), pengertian keempat mengacu kepada orang-orang yang menari di atas panggung yang berperan menjadi wayang (wayang orang).
Disamping wayang mempunyai pengertian sebagai bayangan (bayang- bayang), wayang secara khusus (filosofis) mempunyai pengertian lukisan atau gambaran mengenai kehidupan manusia, bagaimana perwatakannya, bentuknya, kegiatannya, lakuan, kejadiannya, sejarahnya, dan juga bagaimana hubungannya dengan Tuhan, alam semesta dan makhluk hidup lainnya, seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Secara lebih makro, wayang mempunyai pengertian lukisan atau gambaran mengenai keadaan dan kehidupan kosmos (lam semesta), baik mengenai wujud maupun isinya. Kosmos terbagi atas mikro kosmos (jagad cilik) dan makro kosmos (jagad gedhe). Mikro kosos (jagad cilik) sebagai dunia (batin) manusia sedangkan makro kosmos (jagad gedhe) sebagai dunia besar / luas yang melingkupi dunia (batin) manusia.
Di dalam wayang dilukiskan bahwa alam semesta (kosmos) merupakan wujud satu kesatuan yang serasi dan harmonis, tidak terlepaskan anatara unsur yang satu dengan yang lainnya dan selalu berhubungan. Hubungan antara unsur yang satu dengan yang lainnya ternyata tidak selalu serasi dan harmonis, pendek kata, pada suatu saat akan terjadi kegoncangan (kelabilan). Mikro kosmos selalu mempengaruhi kejadian yang timbul pada dunia mako sebagai akibat dari ulah dunia mikro atau sebaliknya. Untuk mengembalikan suasana dari kelabilan menjadi keserasian biasanya dengan mengadakan upacara persembahan untuk keselamatan alam semesta. Unsur-unsur di dalam alam semesta itu berjalan dan beputar sesuai dengan fungsinya masing-masing dalam ruang dan waktu tertentu. Memperhatikan hal ini, maka kosmos atau alam semesta dapat dipandang sebagai suatu susunan yang tertata rapi (tertib kosmos). Tertib di dalam makro kosmos dapat terjaga dengan baik (serasi) apabila mikro kosmos, sebagai dunia batin manusia, mengusahakan untuk selalu berbuat baik (laku beik sejtining becik) dan mengusahakan pula untuk selalu menjaga ketentraman dan keselamatan alam semesta (memayu hayuning bawana).
Pengertian lain untuk kata wayang; yang cenderung mengacu / berorientasi pada tempat untuk menyimpan dan memainkan wayang yaitu paringgitan. Hazeu mengatakan bahwa, di jaman dulu yang mendalang atau memainkan wayang adalah si kepala keluarga, tempatnya di bagian rumah yang dipandang paling sesuai. Tempat tadi sampai sekarang disebut paringgitan (ringgit = wayang, paringgitan = tempat untuk wayangan). Hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari konsep membuat rumah bagi oranng Jawa; bagaimana harus menempatkan fungsi-fungsi tertentu di dalam suatu tempat / ruang di dalam rumah itu. Misalnya : kata pawon (pa-awu-an) = per-abu-an, berarti bagian suatu rumah yang dipergunakan untuk ‘memproses terjadinya abu’, dalam konteks tempat untuk memasak (dapur); karena ketika memasak menggunakan kayu, daun-daun dan lain-lain kemudian menghasilkan abu, maka tempat tersebut dinamakan pawon.
Demikian artikel yang saya tulis pada hari ini, lihat juga artikel saya yang lain tentang karya wayang , dan asal-usul wayang
Sumber : "BUKU AJAR MPK SENI WAYANG"
Penyusun : PRIYANTO, S.S., M.Hum & DARMOKO, S.S., M.Hum
Tags:
seni pedalangan