1. TARI DARI DAERAH JAWA TENGAH
Tari dari daerah Jawa Tengah mengacu pada dua kubu, yaitu Solo dan Yogyakarta. Gerak dinamis dan komunikatif mewarnai ragam tari dari daerah Solo, sedangkan tari dari daerah Yogyakarta lebih terkesan kaku, angkuh, tetapi berwibawa. Hal tersebut dapat dilihat dari gerakan badan, gerakan kaki melangkah, pergelangan tangan, bahu, dan kepala. Contohnya terdapat pada tari Bedhaya, baik Bedhaya Semang atapun Ketawang.
Tari Bedhaya disebut Bedhaya sanga karena penarinya berjumlah sanga atau sembilan, sebuah komposisi tari kelompok putri yang ditarikan oleh sembilan penari wanita. Tari Bedhaya ini termasuk tarian putri yang halus, luhur, serta adiluhung, indah dan ritual. Melalui tari Bedhaya, para putri sultan dilatih dan ditanamkan pendidikan tentang etika, estetika, dan kehalusan budi pekerti oleh sultan sebagai bekal hidup di lingkungan istana. Para penari Bedhaya Semang memakai busana yang sama. Hal itu merupakan simbolisasi bahwa setiap manusia terlahir dalam keadaan dan wujud yang sama.
Pada Masa Pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX dan X, busana penari yang digunakan sama dengan busana pada pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Pada masa Sultan Hamengku Buwana VIII pakaian penari Bedhaya semang sudah agak berbeda, tidak kerikan, tetapi menggunakan hiasan kepala jamang dan bulu-bulu, gelung bokor, ron kalung sung-sun, kelat bahu, gelang, baju tanpa lengan seperti pada masa Hamengku Buwono VII, kain seredan motif prang rusak, dan udhet cindhe.
Baca juga: Tarian Jawa Barat Tari Jaipongan dan tarian Betawi Tari Zafin Betawi
2. TARI DARI DAERAH JAWA TIMUR
Tari dari Daerah Jawa Timur Pandangan yang tajam, gerak patah-patah, tegas, dengan kudakuda dan tapakan yang kuat, keras dan lincah, serta tampak berwibawa merupakan keunikan gerak tari dari daerah Jawa Timur. Hal tersebut dapat dilihat di antaranya dalam tari Ngremo dan tari Beskalan, sedangkan dalam tari Gandrung Banyuwangen terdapat sedikit gerak erotik sehingga menambah keragaman gerak.
Masih ingatkah Anda tentang tari Reog? Tari Reog biasa disajikan dalam bentuk tari tunggal. Namun, seiring perkembangan zaman tari Reog pun mengalami perkembangan dalam bentuk penyajiannya.
Tari Reog yang sudah dikembangkan biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar Nasional. Seni tari Reog Ponorogo terdiri atas beberapa rangkaian yang diawali dengan 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6–8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6–8 gadis yang menaiki kuda kepang (kudakudaan dari anyaman bambu).
Baca juga: Tari Reog, Sejarah dan Cerita Masyarakat Ponorogo
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni tari Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Hal yang lebih dipentingkan dalam pementasan tari Reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, di mana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penari dengan menggunakan giginya. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan bertapa. Sebagian besar tari dari daerah Jawa bercirikan busana dengan motif dan warna simbolis, gerak mengalir tenang dan ada pula yang tegas, serta diiringi musik gamelan yang lengkap.
Baca juga: 5 Tokoh Seni Tari Nusantara yang Wajib Diketahui
Demikian artikel tentang Tarian Jawa Tengah Karakter Tarian Solo Yogyakarta dan Tarian Jawa Timur Karakter Tarian Reog Ponorogo ini, semoga dapat menambah pengetahuan anda dalam mempelajari seni tari.
Tari dari daerah Jawa Tengah mengacu pada dua kubu, yaitu Solo dan Yogyakarta. Gerak dinamis dan komunikatif mewarnai ragam tari dari daerah Solo, sedangkan tari dari daerah Yogyakarta lebih terkesan kaku, angkuh, tetapi berwibawa. Hal tersebut dapat dilihat dari gerakan badan, gerakan kaki melangkah, pergelangan tangan, bahu, dan kepala. Contohnya terdapat pada tari Bedhaya, baik Bedhaya Semang atapun Ketawang.
Tari Bedhaya disebut Bedhaya sanga karena penarinya berjumlah sanga atau sembilan, sebuah komposisi tari kelompok putri yang ditarikan oleh sembilan penari wanita. Tari Bedhaya ini termasuk tarian putri yang halus, luhur, serta adiluhung, indah dan ritual. Melalui tari Bedhaya, para putri sultan dilatih dan ditanamkan pendidikan tentang etika, estetika, dan kehalusan budi pekerti oleh sultan sebagai bekal hidup di lingkungan istana. Para penari Bedhaya Semang memakai busana yang sama. Hal itu merupakan simbolisasi bahwa setiap manusia terlahir dalam keadaan dan wujud yang sama.
Pada Masa Pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX dan X, busana penari yang digunakan sama dengan busana pada pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Pada masa Sultan Hamengku Buwana VIII pakaian penari Bedhaya semang sudah agak berbeda, tidak kerikan, tetapi menggunakan hiasan kepala jamang dan bulu-bulu, gelung bokor, ron kalung sung-sun, kelat bahu, gelang, baju tanpa lengan seperti pada masa Hamengku Buwono VII, kain seredan motif prang rusak, dan udhet cindhe.
Baca juga: Tarian Jawa Barat Tari Jaipongan dan tarian Betawi Tari Zafin Betawi
2. TARI DARI DAERAH JAWA TIMUR
Tari dari Daerah Jawa Timur Pandangan yang tajam, gerak patah-patah, tegas, dengan kudakuda dan tapakan yang kuat, keras dan lincah, serta tampak berwibawa merupakan keunikan gerak tari dari daerah Jawa Timur. Hal tersebut dapat dilihat di antaranya dalam tari Ngremo dan tari Beskalan, sedangkan dalam tari Gandrung Banyuwangen terdapat sedikit gerak erotik sehingga menambah keragaman gerak.
Masih ingatkah Anda tentang tari Reog? Tari Reog biasa disajikan dalam bentuk tari tunggal. Namun, seiring perkembangan zaman tari Reog pun mengalami perkembangan dalam bentuk penyajiannya.
Tari Reog yang sudah dikembangkan biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar Nasional. Seni tari Reog Ponorogo terdiri atas beberapa rangkaian yang diawali dengan 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6–8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6–8 gadis yang menaiki kuda kepang (kudakudaan dari anyaman bambu).
Baca juga: Tari Reog, Sejarah dan Cerita Masyarakat Ponorogo
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni tari Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Hal yang lebih dipentingkan dalam pementasan tari Reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, di mana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penari dengan menggunakan giginya. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan bertapa. Sebagian besar tari dari daerah Jawa bercirikan busana dengan motif dan warna simbolis, gerak mengalir tenang dan ada pula yang tegas, serta diiringi musik gamelan yang lengkap.
Baca juga: 5 Tokoh Seni Tari Nusantara yang Wajib Diketahui
Demikian artikel tentang Tarian Jawa Tengah Karakter Tarian Solo Yogyakarta dan Tarian Jawa Timur Karakter Tarian Reog Ponorogo ini, semoga dapat menambah pengetahuan anda dalam mempelajari seni tari.
Tags:
seni tari