Pendidikan Kesenian Musik dan Pembentukan Karakter Peserta Didik

        Terima kasih atas kunjungan anda, disini saya akan share beberapa file yang saya miliki, semuanya ini adalah beberapa file yang saya peroleh ketika mengikuti beberapa acara seminar yang duselenggarakan oleh kampus saya semasa kuliah dulu Universitas Negeri Surabaya / UNESA.


Pendidikan kesenian (musik) dan pembentukan karakter

          Nilai nilai dan karakter yang terkandung dalam kesenian, seperti yang dicontohkan dalam musik gamelan Jawa inilah yang pada awal milenium ke 3 ini makin disadari betapa penting manfaat dan gunanya dalam pembentukan karakter manusia dan identitas bangsa.

          Di Perancis tahun 2002 telah dicanangkan sebagai tahun gamelan. Seperti kita ketahui bersama bahwa Perancis adalah salah satau Negara yang menjunjung tinggi demokrasi, kebebasan serta kesamaan derajad dan hak manusia yang paling tinggi dan tolerance  di Eropa. Negara tersebut dikenal paling sering menampung beratus bahkan beribu pengungsi atau pelarian politik dari berbagai penjuru dunia, termasuk mantan dan calon pemimpin Negara negara di berbagai belahan dunia. Penduduknya juga multi nasional. 80 persen pemain sepak bola nasionalnya adalah bukan orang asli Perancis atau bangsa berkulit putih. Di sekolah, mulai PAUD, TK, SD sampai perguruan tinggi, siswa dan mahasiswanya adalah multi ras dan multi nasional.  Mereka hidup saling berdampingan dalam kesamaan derajad, hak dan kewajiban.

          Mereka sadar bahwa kesenian terutama musik memiliki kemampuan sebagai alat pemersatu lewat komunikasi dan ineraksi musical. Ketika mereka menganggap dan melihat bahwa pendidikan kesenian termasuk musik adalah penting sebagai sarana pembentukan karakter, pemerintah kesulitan untuk memutuskan musik apa atau musik dari bagsa apa yang tepat digunakan sebagai bahan ajar. Mereka tidak mengajarkan musik barat. Namun ketika memilih musik Afrika, orang Vietnam akan iri atau tidak mau menerimanya, demikian juga ketika akan mengajarkan musik Vietnam, orang Libanon mungkin juga tidak mau menerima. Maka dipilihlah musik gamelan sebagai materi ajar. Selama sebulan guru guru musik dari seluruh Perancis di “tatar” untuk menjadi guru gamelan.

          Beberapa than belakangan ini, di Singapura, sebelum murid di perkenalkan dengan bidang scince dan technology, mereka perlu diperkuat lebih dulu kepribadiannya dan nilai kemanusiaannya supaya bisa menggunakan ilmu pengatahuan untuk kepentinga kemanusiaan. Lagi lagi gamelan dan angklung digunakan sebagai sarana pembentukan karakter dan kepribadian siswa. Setiap bulan April mereka menyelenggarakan festival yang menggelar karya baru mereka yang menggunakan musik gamelan dan atau angklung. Mereka juga melihat bahwa nilai dan karakter musik gamelan sangat membantu dalam pembentukan karakter atau kepribadian siswa. Mereka belajar gamelan bukan untuk bisa menabuh gamelan dengan baik tetapi dapat merasakan, mengerti dan mengayati nilai nilai yang terkadung di dalamnya, kemudian menggunakannya untuk kepentingan dan keperluan mereka. Demikian pula yang terjadi di Amerika, Inggris, Perancis, Jepang dan sekarang merambah ke Negara Negara Eropa Timur, Afrika dan Amerika latin. Di Malaysia kejadiannya hampir serupa. Setelah diselenggarakan seminar internasional gamelan 3 tahun yang lalu di Kuala Terengganu. Pemerintah Malaysia menetapkan bahwa gamelan merupakan mata ajar wajib di sekolah menengah. Tahun berikutnya pemerintah kerajaan Malaysia pesan 80 perangkat gamelan ke Solo.

          Di Indonesia sendiri pendidikan berbasis pada karakter bangsa baru saja didengungkan.  Menurut pengalaman langsung yang saya lakukan di berbagai negara di dunia, mungkin kesenian bisa ikut ambil bagian dalam niat dan hajadan pemerintah yang mulia ini. Mudah2an calon pemimpin kita bisa menjadi lebih berbudi luhur dan berakhlak mulia lewat pendidikan, atau yang penting penghayatan dan pengamalan ajaran agama dan pendidikan kesenian.  Namun sampai saat ini saya melihat bahwa pendidikan kesenian di Indonesia belum atau tidak mengarah kesana. Siswa diwajibkan belajar memainkan musik, atau menari, tanpa adanya penanaman pengertian dan atau penghayatan nilai seni. Bahkan beberapa sekolah mengajarkan kesenian secara hafalan, seperti juga mengajatkan pancasila atau agama dan olah raga. Materi, metode dan metodpologi pengajaran kesenian perlu dikaji dan dipilih yang sesuai untuk kepentingan tersebut. Pendidikan apresiasi, penghayatan dan pengalaman lapangan serta pengamalan nilai nilai kemanusiaan yang terkandung dalam seni mungkin lebih penting untuk diberikan dan dilakukan untuk pembentukan karakter manusia atau bangsa Indonesia dalam menyongsong masa depan. Hasilnya memang tidak segera dapat dirasakan dalam waktu yang relatif singkat, tetapi pekerjaan ini adalah investasi yang tak ternilai harganya untuk masa depan bangsa dan Negara Indonesia. Kesenian Indonesia bukan saja gamelan Jawa atau Bali, atau Sunda saja. Kesenian dimanapun pada hakekatnya memiliki nilai nilai yang luhur, yang bermanfaat untuk membangun karakter manusia dan bangsa, karena pada dasarnya ia berakar dari budaya mereka masing masing. Mereka memiliki karakter yang berbeda. Tinggal bagaimana kita semua dapat mengetahui, menghayati dan mengamalkannya, kita perlu menggali, menggarap, mengamalkannya dengan bekerja bersama sama.  Karena pekerjaan itu memang mulia namun tidak mudah untuk dilakukannya. Semoga pengalaman dan pemikiran saya ini ada sumbangannya bagi anak anak didik kita, generasi penerus kehidupan bangsa dan negara kita.

Sumber: MakalahSN/Pend.Seni2011/R.Supanggah/ISI Surakarta

Subscribe to receive free email updates: