Mengenal Batik Tiga Negeri Lasem yang Punya Motif Unik

 Batik Lasem kuno/klasik diakui keberadaanya sampai saat ini antara lain berupa kain panjang atau kain sarung dengan “tumpal” dimana pada motifnya terdapat campuran motif-motif Cina, motif Jawa (Keraton), dan gaya pesisiran. Motif gaya Cina terdapat pada ragam hias burung Phoeniks, kupu-kupu, dan bentuk-bentuk tumbuhan (Bungan empat musim yang dipercaya oleh masyarakat Cina). Sedangkan yang mewakili motif keraton seperti garuda, lereng, kawung, dan lain sebagainya. Pengaruh pesisir nampak pada warna-warna cerah yang ditampilkan.

Baca Juga: Cerita Asal-Usul Batik Lasem, Batik Peranakan Masyarakat Cina di Lasem

PERKEMBANGAN MOTIF BATIK LASEM CINA PERANAKAN TAHUN 1900-1960

Batik Lasem yang dikenal dengan suatu hasil kebudayaan campuran antara Cina-Jawa, yang memiliki sebuah keharmonisan yang indah dan memiliki nilai jual yang tinggi akan ditampilkan pada gambar-gambar di bawah ini :

 Motif bunga Delima tahun 1800-an
Sumber : Koleksi pribadi Cik Kien, Lasem.doc

Sebelum tahun 1900 motif batik Lasem dapat terlihat pada gambar di atas, pada kain sarung di atas tampak motif Cina yang mendominasi pada motif kain maupun pewarnaannya. Motif yang terdapat pada kain sarung adalah motif bunga delima yang melambangkan budaya Cina kesuburan, karena delima akan memiliki buah yang memiliki banyak biji, biji-biji tersebut akan memunculkan kehidupan baru. Karena itulah delima dijadikan sebagai lambing kesuburan dalam budaya Cina. Sedangkan untuk warna yang dominan pada kain sarung diatas adalah warna merah cerah yang mewakili warna kesukaan bagi orang-orang Cina. Warna merah bagi orang Cina melambangkan keberanian, sifat laki-laki yang gagah dan murni.

Baca Juga: Batik, Perbedaan Batik Pesisir dan Batik Keraton | Batik Lasem Batik Pesisiran Asli Jawa Tengan

Pada kain sarung di atas mewakili budaya Jawa hanya terdapat pada ragam hias tumpal yang memang harus ada pada kain sarung. Hiasan yang terdapat pada tumpal juga tidak mewakili budaya Jawa, karena keseluruhan motif dipenuhi oleh bunga delima yang khas Cina. Jadi ragam hias batik Lasem Cina peranakan pada awal-awal produksinya masih sangat bernuansa Cina.

Motif Bin Hause, tahun 1927
Sumber : Koleksi Pribadi, Teguh Santoso, Pekalongan
Terdapat Tulisan Tahun 1927, Verboden iminteren (Tidak Boleh ditiru)

Pada gambar diatas terdapat kain batik Lasem yang memiliki motif tumpal pada bagian pinggir kain, dan motif geometris, di diberi isen-isen motif bunga peony.


Budaya Cina nampak pada motif geometris dan bunga peoni. Bunga peoni bagi masyarakat Cina melambangkan bunga mulia dihormati di Cina terutama sebagai personifikasi keindahan, tetapi juga sebagai simbol feminitas dan prestasi. Di Cina serta di Indonesia, Peony hampir mirip dengan teratai, dan kebingungan ini diabadikan di Jawa dalam desain batik.27 Warna yang dominan pada kain batik di atas adalah warna merah khas Lasem. Batik ini diproduksi pada tahun 1927, yang merupakan pesanan dari orang Belanda, orang Belanda ingin agar batiknya secara ekslusif di buat satu dan tidak ada yang mencotoh motif ini, maka dalam kain batik tersebut terdapat keterangan Verboden iminteren, yang artinya tidak boleh ditiru.

Motif burung Phoeniks dan bunga teratai 1900-an
Sumber : Koleksi pribadi Cik Kien, Lasem doc.
 Terdapat Motif Burung Phoeniks, Ukel, dan Bunga Teratai

 Kain panjang pada gambar batik di atas diperkirakan dibuat pada tahun 1900-an, motif di dalamnya ada burung Phoeniks dan bunga teratai. Jika dilihat dari motifnya maka akan nampak motif burung phoeniks, bunga teratai yang mewakili budaya Cina. Bunga teratai paling sering ditemukan dalam seni tekstil, bunga teratai melambangkan kemuliaan yang dihormati di Cina terutama sebagai personifikasi keindahan, tetapi juga sebagai simbol feminitas dan prestasi. Sebagai tanaman, teratai tidak dikenal di Indonesia, tetapi menghiasi bordir dan batik di banyak bagian di Indonesia, terutama di daerah pesisir. Untuk burung Poeniks atau burung Hong bagi masyarakat Cina dianggap sebagai binatang surgawi, raja segala burung yang mampu bebas dari penderitaan.

Sedangkan unsur budaya Jawa yang nampak pada kain panjang diatas mulai terlihat, jika diamati pada background kain akan terlihat motif ukel yang memenuhi bagian latar belakang kain, atau istilah Jawa yang digunakan adalah isen-isen.

Baca Juga: Batik Pekalongan Indonesia | Koleksi Museum Batik Pekalongan, Museum Batik Indonesia

Untuk ragam hias warna yang tampil pada kain panjang diatas, yang terlihat dominan adalah warna merah, namun warna merah ini bukan merah yang terang khas Cina, namun warna merah ini adalah warna yang khas dari Lasem, yaitu warna merah darah ayam, warna ini memang tidak dapat ditiru oleh pembatik-pembatik dari daerah lain kecuali di Lasem. Hal ini terjadi karena warna merah yang indah hanya dapat dihasilkan dari perpaduan pewarna merah dengan air Lasem. Air Lasem memiliki kandungan mineral yang berbeda dari daerah lain, sehingga dapat menghasilkan warna merah yang sangat indah. Selain warna merah juga terdapat warna biru yang menambah keindahan kain batik Lasem.
Motif Bang Biron Ayam Hutan tahun 1910
Sumber : Koleksi Pribadi Cik Kien, Lasem. doc.
Terdapat Motif Gringsing 

Pada kain batik panjang di atas motif yang terlihat sebagai motif utama adalah ayah Hutan yang mewakili budaya Cina, dan ragam hias bunga yang bertebaran mendampingi motif ayam hutan. Makna ayam hutan bagi masyarakat Cina dikenal sebagai pahlawan gagah berani yang sulit dimengerti dan eksentrik. Penampilan luarnya yang gagah bisa dianggap sebagai simbol keyakinan dan kesiap-siagaan. Namun berdasarkan pengetahuan Feng Shui Logo ayam jantan melambangkan sesuatu yang bisa dipercaya. Unsur Jawa-nya terlihat pada isen-isen yang berbentuk bulatan-bulatan seperti sisik ikan, di Jawa motif ini dikenal dengan nama Gringsing.

sumber: e-Journal Pendidikan Sejarah

Subscribe to receive free email updates: