Busana merupakan salah satu bentuk etnisitas yang sangat penting. Hal ini akan lebih penting lagi jika dikaitkan dengan masyarakat Indonesia yang pluralisme. Sebagai contohnya kelompok minoritas Cina yang sudah menetap lama di Indonesia, dan sudah diakui kewarganegaraannya di Indonesia. Hal penting yang berhubungan dengan pengakuan masyarakat Cina peranakan sebagai salah satu etnis bangsa Indonesia, bisa dikaitkan dalam hal berbusana. Busana tersebut adalah busana khas Cina Indonesia (bukan busana khas Tiongkok).
Busana/pakaian yang minimal harus ada dan digunakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya terdiri dari:
- Pakaian Upacara dipakai pada saat upacara resmi seperti upacara pernikahan, resepsi hari Kemerdekaan, dan lain-lain.
- Pakaian Resmi untuk menghadiri undangan resmi, upacara adat dan lain-lain.
- Pakaian Harian untuk acara yang perlu menonjolkan identitas etnis.
Baca Juga: Batik, Perbedaan Batik Pesisir dan Batik Keraton | Batik Lasem Batik Pesisiran Asli Jawa Tengan
PAKAIAN BATIK MASYARAKAT CINA DI LASEM
Masyarakat Cina di Indonesia umumnya ketika mengenakan pakaian Upacara memiliki ciri bahwa para pria pakaiannya berbentuk safari lengan panjang, kerah berdiri dengan kancing yang terbuat dari kain. Untuk wanita memakai kebaya encim dibordir pada belahan depan, bawah kebaya, dan lengan bawah. Untuk bawahannya wanita Cina menggunakan kain sarung dengan motif batik.
Pakaian resmi yang digunakan pria Cina peranakan pada saat acara resmi sama dengan pakaian yang digunakan untuk upacara, namun bahannya terbuat dari kain sutra atau sejenis. Untuk wanitanya memakai baju Encim dengan kebaya dari rajutan, dan bawahan sarung batik.
Gambar 1 :
Pakaian resmi orang Cina yang dipakai saat Upacara Pernikahan (pake batik jawa)
Pada gambar 19, menjelaskan adanya pesta pernikahan di kalangan orang Cina, jika diitentifikasi pada cara berpakaiannya, laki-laki Cina menggunakan pakaian resmi jas gaya barat, sedangkan para perempuan Cina menggunakan atasan kebaya dengan bawahan kain sarung batik, tampak agak jelas bahwa batik yang digunakan bermotif bungga-bunga dan sebelahnya lagi menggunakan batik motif khas Jawa, yaitu motif parang. Namun untuk anak-anak muda masih jarang yang menggunakan kain sarung atau kain panjang.
Untuk pakaian sehari-hari pria menggunakan pakain yang sama dengan pakaian resmi tetapi dari bahan katun atau batik dengan motif Cina. Wanitanya menggunakan atasan kebaya dan bawahan sarung batik. Kebiasaan masyarakat Cina peranakan khususnya para wanitanya dalam hal berbusana sudah menggunakan pakaian sehari-hari yang sama dengan penduduk pribumi.
Cara berbusana perempuan Cina peranakan selalu dikombinasikan dengan sarung maupun kain panjang. Kain/sarung yang dikenakan tersebut bermotif batik dengan warna yang cerah dengan berbagai campuran motif Jawa dan Cina. Adapun campuran motif itu dapat terlihat pada motif batik Lasem Cina seperti bunga-bungaan, burung dan kupu-kupu. Batik ini mulai banyak diproduksi para pengusaha batik Cina di kota-kota pesisir utara Jawa, seperti Pekalongan, Kudus dan Lasem di Jawa Tengah. Perempuan Cina secara umum lebih menyukai batik dalam bentuk sarung daripada kain batik. Hal ini menjadi salah satu pembeda karya batik Cina dengan batik klasik Lasem.
Di daerah pesisir Utara Jawa ini kaum peranakan mulai mengembangkan gaya busana dan corak-coraknya sendiri. Kebaya dan sarung perangkat busana pribumi tampil dalam ciri khas peranakan. Hal ini akan sangat terlihat pada kain sarung dengan menggunakan ragam hias corak-corak binatang yang ada dalam mitologi Cina seperti, Kilin, burung phoeniks, dan bunga teratai. Masyarakat Cina peranakan mulai menekuni pembuatan batik untuk membuat kain sarung batik yang sesuai dengan keingginan orang-orang Cina.
CINA SEBAGAI PEDAGANG DAN PENCIPTA MOTIF KAIN BATIK LASEM
Pengusaha Cina di Lasem yang mulai menyukai dunia perbatikan, mulai mengusahan batik dengan ciri khas yang disukai oleh orang-orang Cina. Pengusaha Cina juga dikenal sebagai pengusaha batik yang paling piawai dalam pendayagunaan zat pewarna sintesis pada kain.
Menurut pengusaha batik Lasem Cina peranakan pada tahun 1900-an sudah memulai usaha pembatikan di Lasem mengatakan bahwa, pengusaha Cina ini menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membatik, seperti pewarna, malam, dan alat-alat pembatikan. Selain itu pengusaha Cina menyiapkan pola yang akan diterapkan dalam lembaran kain batik. Pola-pola yang dibuat pengusaha Cina ini yang akhirnya melahirkan batik dengan gaya Cina peranakan namun tetap menampilkan unsur-unsur budaya Jawa. Untuk penerapan pola pada kain batik diserahkan kepada pekerja-pekerja pribumi yang ada di daerah sekitar.
Motif batik lasem merah |
Pada tahun 1870 seluruh produksi batik di Lasem berada di tangan penduduk keturunan Cina, dan pada tahun 1900-an industri batik mencapai puncak kejayaannya.26 Ketika Industri batik Lasem berada tangan pengusaha Cina batik Lasem mengalami perkembangan pesat hal ini dikarenakan modal untuk menjalankan usaha pembatikan cukup besar, selain itu pengusaha Cina juga piawai dalam membuat warna dan motif yang indah hal ini membuat peminat batik Lasem semakin meningkat. Jaringan pemasaran batik yang luas membuat batik Lasem semakin dikenal pada masa-masa selanjutnya.
sumber: e-Journal Pendidikan Sejarah
Tags:
seni kriya