Setelah itu kebudayaan Indonesia mendapat pengaruh kebudayaan India, kebutuhan akan artefak guna memenuhi kebutuhan hidup meningkat. Karena pengetahuan teknologi berkembang maka hasil seni kriya mulai bervariasi baik dalam teknik, bentuk maupun fungsi. Periode tersebut dinamakan zaman klasik atau zaman Hindu Buda yang berlangsung dari abad ke VIII - X Masehi. Bukti-bukti peninggalan berupa prasasti yang banyak menyebut tentang pekerjaan yang digolongkan sebagai seni kriya, jenis-jenis kriya pada masa itu dapat digolongkan berdasarkan :
- Bahan pokok yang digunakan seperti bambu, kayu, tanah, batu, kain dan logam
- Barang-barang yang dihasilkan seperti : alat pertanian, alatalat upacara, barang-barang perhiasan.
Baca juga:
Sejarah Seni Kriya di Indonesia Part 1
Sejarah Seni Kriya di Indonesia Part 2 (Pekerja Kriya di Indonesia pada Masa Lampau)
Sejarah Seni Kriya di Indonesia Part 3 (Produk Kriya Indonesia yang Laris di Pasar Internasional)
Jenis pekerjaan seperti disebutkan dalam Naskah lontar Agama dan kepercayaan di Bali antara lain:
Sejarah Seni Kriya di Indonesia Part 1
Sejarah Seni Kriya di Indonesia Part 2 (Pekerja Kriya di Indonesia pada Masa Lampau)
Sejarah Seni Kriya di Indonesia Part 3 (Produk Kriya Indonesia yang Laris di Pasar Internasional)
Jenis pekerjaan seperti disebutkan dalam Naskah lontar Agama dan kepercayaan di Bali antara lain:
- undagi (tukang kayu),
- amahat (pemahat),
- katambaran (pande tembaga),
- dhatudhagda (pande emas).
- tukang permata,
- tukang perhiasan emas.
Baca juga: Seni Ukir
Arca sebagai produk kriya dibuat sebagai perwujudan dewa, maka pembuatannya harus memenuhi ketentuan keagamaan baik dari segi teknis maupun ikonografis. Contoh : tinggi 10 tala (yaitu 10 kali ukuran dari ujung dagu sampai pada batas dahi).
Bahan arca tidak hanya terbuat dari bahan logam, istilah-istilah
yang digunakan untuk membedakan bahan antara lain:
- lepaja arca dari tanah liat
- sikata arca dari pasir
- sailaja arca dari bahan batu
- darughatita arca dari kayu
- pakaja arca dari logam
- ratnaja arca dari permata
- citraja arca berupa lukisan pada lembar kain, dan lain sebagainya.
Baca juga: Anyaman Bambu
Dalam masa lalu, kriya tidak hanya dibuat dari bahan logam. Beberapa istilah dalam prasasti menyebutkan pekerjaan kriya dari bahan bambu atau kayu adalah sebagai berikut:
- Magawai kisi pembuat keranjang atau bakul
- Magawai payung wlu pembuat payung sutra
- Magawai rungki pembuat tenggok atau bakul
- Manarub pembuat dekorasi dari bahan daun kelapa
- Manganamanam pembuat barang anyaman dan lain sebagainya.
Benda-benda peralatan untuk kebutuhan sehari-hari atau untuk peralatan
upacara, khususnya milik kaum bangsawan atau kerajaan banyak
mendapat sentuhan khusus, dihias sesuai dengan ekspresi yang ingin
diwujudkan. Kaum bangsawan dan para raja menghias senjata
perlengkapan hias sebagai simbol kebesaran dengan batu permata dan
logam emas atau perak serta batu mulia. Ornamen hias yang berupa
ragam hias flora, unsur-unsur geometris (segi empat-segi tiga-lingkaran
dan lainnya) juga banyak disertakan untuk menghias peralatan upacara,
peralatan dapur dan berbagai jenisperalatan kebutuhan hidup. Batu
permata, berlian, mutiara dan batu mulia digunakan sebagai bahan
penghias senjata kebesaran, perhiasan perlengkapan wanita maupun
mahkota yang dikenakan oleh para Raja.
Semua itu menunjukkan bahwa kriya telah berkembang sejak masa lalu
sampai masa kini.
Lanjutkan membaca: Sejarah Seni Kriya di Indonesia Part 3 (Produk Kriya Indonesia yang Laris di Pasar Internasional)
Tags:
seni kriya