Museum ini telah menjadi salah satu aset nasional dan dikelola langsung oleh pemerintah pusat dan bukan milik pemda. Menurut statistik data pengunjung, rata-rata perbulan terdapat sekitar 150 orang yang mengunjungi tempat ini, dan cukup banyak diminati oleh wisatawan asing. Di museum ini terdapat 4 ruang pamer, perpustakaan dan ada ruang peraga.
Ruang Pamer Utama menampilkan gambaran umum batik, bahan pembuatnya dan aneka batik kuno, baik dari Indonesia maupun batik luar yang menurut ceritanya di datangkan dari India.
Ruang pamer kedua merupakan Ruang Batik Nusantara. Di sini ditampilkan batik batik khas dari daerah di seluruh Indonesia. Rencananya akan di buat tema daerah setiap 6 bulan sekali, kebetulan yang kami lihat kemarin adalah tema batik Pekalongan.
Ruang pamer ketiga adalah Ruang Interior Batik, menampilkan perangkat interior rumah dengan bahan dasar batik, tetapi disana juga terdapat batik koleksi seorang warganegara australia bernama Digby Mackintosh yang dihibahkan kepada Museum Batik Pekalongan.
Ruang pamer yang terakhir adalah Ruang IwanTirta, berisi bermacam-macam kain batik hasil karya Iwan Tirta seorang desainer indonesia yang memiliki kecintaan pada batik.
Selain itu di museum ini terdapat perpustakaan yang dibuka untuk umum dengan koleksi tentang pengetahun batik yang cukup lengkap. Kita tidak akan kecewa jika mengunjungi museum ini dan cukup banyak pengetahuan yang kita dapat. Museum yang terletak di jalan Jetayu No. 1 Pekalongan ini diresmikan oleh presiden SBY sejak 12 Juli 2006. Di bagian depan museum terdapat ruang perpustakaan dan kedai batik yang menjajakan pernak-pernik museum batik. Di bagian tengah terdapat 4 ruang pamer yang memamerkan batik dari berbagai daerah, kebanyakan tentu batik Pekalongan dan sejarah dan perkembangan motif batik. Berdasar info Koleksi batik yang ada di ruang pamer ini akan diganti tiap 4 bulan.
Secara umum, seperti halnya kebanyakan museum di Indonesia, museum batik ini masih dikelola dengan ‘apa adanya’, area museum yang tidak terlalu luas menyebabkan tidak banyak koleksi batik yang bisa ditampilkan. Dan kalau kita menengok perpustakaannya, kebanyakan koleksi buku mengenai batik sebagai salah satu budaya Indonesia adalah terbitan luar negeri.
Baca Juga: Batik, Perbedaan Batik Pesisir dan Batik Keraton | Batik Lasem Batik Pesisiran Asli Jawa Tengan
Di museum ini kita dapat melihat berbagai jenis batik dari waktu ke waktu. Kita dapat mengamati perkembangan batik mulai jaman Belanda, pengaruh Jepang pada saat perang dunia kedua dengan motif Jawa Hokokai, ada pula batik dari luar Jawa khususnya Sumatera yang bayak dipengaruhi oleh budaya islam yang tampak dari motif yang menyerupai kaligrafi tulisan Arab. Koleksi museum ini cukup menarik, kita dapat melihat batik antik yang usianya mencapai 100 tahun lebih. Ada pula kebaya encim yang biasa dipakai oleh wanita Tionghoa di Indonesia. Masih banyak koleksi menarik yang lain dapat anda lihat di museum ini. Gedung Museum Batik Indonesia ini dibangun dengan memanfaatkan gedung bekas Balai Kota Pekalongan. Gedung itu dirombak menjadi Museum Batik Indonesia, hal ini dilakukan karena bangunannya termasuk kuno, yakni dibangun pada zaman penjajahan Belanda.
Di dalam museum ini terdapat beberapa kamar yang luas dengan pintu dan jendela besar, sehingga terasa sekali nuansa sejarah yang tinggi. Terletak di daerah bundaran Jatayu dekat jalan Diponegoro Kota Pekalongan. Daerah ini juga merupakan simbol kerukunan antar umat beragama Kota Pekalongan yang terbina sangat baik, di samping Museum Batik Pekalongan berdiri Masjid dengan latar belakang Gereja Katholik Pekalongan. Di sekitar kawasan ini juga berdiri Gereja Protestan dan tempat ibadah penganut Tri Dharma. Begitu juga dengan corak batik Pekalongan yang banyak dipengaruhi gabungan atau pembauran unsur lokal, arab, cina, dan belanda. Sungguh sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Mari bersama kita lestarikan dan berdayakan.
sumber: modul museum batik pekalongan
Tags:
seni kriya