Sejarah Seni Rupa Indonesia pada masa Modern

Sejarah Seni Rupa Indonesia dibagi ke dalam tiga periode yaitu zaman pra sejarah, zaman sejarah, zaman baru/modern. Zaman pra sejarah dibagi menjadi zaman batu, zaman logam, dan zaman batu besar. Sedangkan zaman sejarah dibagi menjadi zaman purba dan zaman madya.

Sementara zaman baru/modern dibagi menjadi masa perintisan (1814 – 1880), masa Indonesia jelita (Indie mooi), masa cita nasional/Persagi, masa pendudukan Jepang (1942), masa revolusi, masa 1950, dan masa kontemporer/seni rupa Indonesia baru.

Selama tiga periode dalam sejarah Seni Rupa Indonesia terdapat peningglan karya seni rupa. Beberapa peninggalan tersebut dibagi menjadi dua zaman yaitu zaman pra sejarah dan zaman sejarah. Peninggalan karya seni rupa zaman pra sejarah antara lain : batu genggam, bukit kerang, kapak persegi (beliung dan tarah), kapak bahu, kapak lonjong, gerabah/tembikar, perhiasan, kapak sepatu (kapak corong), kapak candrasa, nekara, moko, bejana motif hias, menhir, dolmen, sarchopagus, punden berundak, pandhusa, lesung batu, lukisan di dinding gua, dan patung.

Peninggalan karya seni rupa zaman sejarah antara lain : prasasti, candi, petirtaan, pertapaan, stupa, vihara, keratin/istana, pintu gerbang/gapura, motif hias, masjid, makam, istana, wayang kulit, ukir-ukiran kayu, kaligrafi, dan sistem pendidikan (pondok pesantren).

Perkembangan sejarah seni rupa pada masa modern mengalami beberapa tahapan pengembangan :

1. Masa Perintisan (1814 – 1880 M )
Raden Saleh Syarif Bustaman ( 1807 – 1880 ) adalah perintis seni lukis modern di Indonesia. Beliau adalah pelukis pertama Indonesia yang mengenyam pendidikan seni lukis modern di Eropa. Sewaktu masih di Indonesia, Raden saleh belajar dari pelukis keturunan Belgia A.A.J. Payen. Ketika di Eropa Raden Saleh belajar dari pelukis potret terkemuka Cornellius Krusemen dan pelukis lanskap Andreas Schefhout.

Pada tahun 1851 Raden Saleh pulang ke Indonesia, lalu kembali lagi ke Eropa. Pada tahun 1879, beliau kembali lagi ke Indonesia menetap di Bogor dan pada tanggal 23 April 1880 wafat di Bogor.

Lukisan Raden Saleh ‘Perkelahian dengan binatang buas'

Karya-karya lukisannya yang terkenal adalah ‘Antara Hidup dan Mati’ yang memperlihatkan pertarungan antara seekor Banteng dan dua ekor singa serta lukisan yang berjudul ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’. Secara tersirat kedua lukisan itu menunjukkan jiwa nasionalisme Raden Saleh. Lukisan-lukisan karya Raden Saleh lainnya adalah ‘ Perkelahian dengan Binatang Buas’, ‘Merapi yang Meletus’, ‘Hutan Terbakar’, ‘Potret Sultan Hamengku Buwono VIII’, ‘Banjir’, ‘potret seorang tua menghadap buku dan globe’, ‘potret putra putrid de Jonge’, ‘ potret Hentzpeter, dan ‘potret keluarga Raden Saleh’.

2. Masa Indonesia Jelita (Indie Mooi)
Pada periode ini para pelukisnya cenderung mengangkat tema lukisan lanskap/pemandangan dengan teknik naturalis yang baik. Indonesia dikesankan sebagai tempat yang indah permai, tenang, tenteram dan damai. Obyek dominan lukisan pada zaman ini adalah sawah, gunung, pohon kelapa, dan wanita cantik.
Lukisan Era Indie Mooi karya Wakidi

Para pelukis yang hidup pada masa ini adalah: Abdullah Suryo Subroto, Mas Pringadi, Wakidi, Basuki Abdullah, W.G. Hofker, R. Locatelli, Le Mayeur, Roland Strasser, Ernest Dezentje, dan Rudolf Bonnet.

3. Masa Cita Nasional/Persagi
Pada masa ini, sebagian pelukis Indonesia yang memiliki rasa empati yang tinggi terhadap nasib bangsanya yang masih dijajah tergerak hatinya untuk menyamakan persepsi menyatukan diri membentuk Perkumpulan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) pada tahun 1938 di Jakarta.

Anggota PERSAGI
Sumber:  Drs. Banu Arsana, ”Modul Seni Lukis Realisme”


Sudjoyono,”Di depan kelambu terbuka”

Pada masa Persagi ini, ada seorang pelukis yang bernama S. Sudjojono sebagai pelopor untuk menampilkan tema lukisan yang berbeda dengan sebelumnya, dengan menekankan pada gaya impresionisme dan ekspresionisme. S. Sudjojono mendapat dukungan teman-taman sesame pelukis yaitu Agus Djaja Suminta, L. Sutioso, Rameli, Abdul Salam, Otto Jaya, S. Sudiarjo, Emiria Sunassa, Saptarita Latif, Hendro Jasmara, Sutioso, Herbert Hutagalung dan S. Tutur.


4. Masa Pendudukan Jepang (1942)
Pada masa ini berdirilah sebuah organisasi yang bernama Keimin Bunko Sidhoso (lembaga pusat kebudayaan). Para pelukis yang bernaung dibawah organisasi ini antara lain Otto Djaja, Kartono Yudhokusumo, dan Hendra Gunawan.

Karya Hendra Gunawan

5. Masa Revolusi
Masa revolusi terjadi pasca kemerdekaan tahun 1945. Pada masa itu, tema lukisan umumnya tentang perjuangan.Pelukis Affandi banyak membuat poster bertemakan semangat patriotik. Ada juga karya graffiti, tulisan di dinding tembok, kereta api yang berisi tentang semangat anti penjajahan dalam bahasa Inggris, agar dipahami oleh orang asing, khususnya tentara sekutu.

Karya Affandi: Para Pejuang


6. Masa 1950
Pada masa ini tema lukisan mengikuti alur perkembangan politik pada masa itu. Beberapa parpol mendirikan lembaga kesenian. Beberapa pelukis terkenal pada masa itu diantaranya Batara Lubis, Djoko Pekik, dan Amrus Natalsya.
Djoko Pekik 'Berburu Celeng'


7. Masa Kontemporer/Seni Rupa Indonesia Baru
Pada masa ini pelukis bebas berekspresi dan karya seni lebih bersifat eksperimental. Pelukis terkenal antara lain Munni Ardhi, Dede Eri Supria, Hardi, Harsono, dan lainnya. Pada era sekarang ini para pelukis Indonesia sangat produktif berkarya dan juga sangat kreatif. Hal ini dapat dibuktikan dengan beragamnya corak, gaya dan bentuk visual karya lukisannya. Tidak hanya seni lukis saja yang berkembang tumbuh subur, namun juga seni patung, grafis seni, dan sebagainya.

Contoh karya seni rupa kontemporer

Subscribe to receive free email updates: